JAKARTA. Demi mengamankan ekspansi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terus mengeduk pendanaan. Salah satunya, TLKM berniat merilis obligasi senilai Rp 12 triliun melalui penawaran umum berkelanjutan (PUB).

Di tahap pertama, TLKM bakal menerbitkan surat utang senilai Rp 6 triliun. Dari jumlah itu, sebesar Rp 6,07 triliun atau 86,8% dana hasil obligasi untuk kebutuhan infrastruktur, sisanya Rp 924 miliar atau 13,2% untuk rencana merger dan akuisisi.

Tahun ini, TLKM mengalokasikan Rp 20 triliun hingga Rp 25 triliun untuk belanja modal alias capital expenditure. “Kami mengalokasikan 20%-25% dari pendapatan untuk belanja modal,” ungkap Heri Sunaryadi, Direktur Keuangan TLKM, Senin (3/8).

Dia menilai, TLKM tak gegabah merilis surat utang. Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk menerbitkan obligasi. Obligasi akan dirilis jika situasi pasar mendukung. “Pokoknya begitu market membaik,” ujar Heri.

Analis Ciptadana Securities, Adrianus Bias Prasuryo menilai, dengan merilis obligasi, rasio utang Telkom masih sehat. Dia menghitung, rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) TLKM sekitar 47,9%, sementara net gearing hanya 7%.

“Rasio utang Telkom masih sehat, penerbitan obligasi ini tak masalah,” ujar Adrianus. Dia menilai positif rencana penggunaan dana dari hasil penerbitan obligasi tersebut.

Pasalnya, TLKM saat ini membutuhkan ekspansi dari sisi bandwidth untuk mengimbangi tren konsumsi data internet yang melonjak signifikan. TLKM juga berupaya terus menambah jumlah pelanggan.

Kemarin, TLKM menggandeng Perum Perumnas menyediakan layanan telekomunikasi dan internet. Setelah merampungkan tahap pertama penerbitan obligasi, manajemen TLKM berencana menerbitkan obligasi tahap kedua atau sisanya pada semester pertama tahun depan. Nilai emisi obligasi tahap kedua mencapai Rp 5 triliun.

Dengan tambahan penerbitan obligasi, menurut Adrianus, kelak DER TLKM tergolong sehat. Dia menghitung, dengan menambah obligasi, TLKM masih mencatatkan DER di bawah 50%.

Kinerja perusahaan

Kinerja keuangan TLKM pada semester pertama tahun ini juga masih positif. Pendapatan emiten ini tumbuh 12% year on year (yoy) menjadi Rp 48,84 triliun. Namun laba bersih tumbuh tipis 2,20% (yoy) menjadi Rp 7,44 triliun.

Chandra Pasaribu, analis Indo Premier Securities, dalam riset pada 3 Agustus 2015, menilai laba bersih TLKM tumbuh tipis lantaran ada program pensiun dini atau early retirement program (ERP). Program ini memakan dana total Rp 844 miliar pada 2015.

“Tanpa program ERP, EBITDA Telkom tumbuh 10%, kemudian net income tumbuh 11%,” ujar dia. Chandra memprediksi, pendapatan TLKM pada tahun ini tumbuh 10,80%. Adapun laba bersih diproyeksikan meningkat 29,18%.

Chandra memberikan rekomendasi buy untuk TLKM dengan target Rp 3.300 per saham. Adrianus merekomendasikan buy dengan target Rp 3.100 per saham.

Analis UOB Kay Hian Jonathan Koh juga merekomendasikan buy dengan target Rp 3.320 per saham. Harga saham TLKM kemarin (6/8) menyusut 0,34% menjadi Rp 2.930.

Sumber: (http://investasi.kontan.co.id/)

Program Rp 1 Juta , yaitu  dana pembukaan rekening efek di PT Phillip Securities Indonesia HANYA dimulai Rp. 1 juta saja dan berlaku bagi siapa saja yang ingin menjadikan PT Phillip Securities Indonesia sebagai mitra dalam berinvestasi di dunia saham.

Rp. 1 Juta bisa langsung digunakan dalam berinvestasi Saham & Reksadana.

Satu Platform, Satu Rekening Dana Investor, Satu Rekening..

GAK RIBET…. 😀